Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf
Wednesday, 11 September 2013 by BKM Altekindo Java Group
Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf, Informasi Tentang Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf Kali ini sebuah artikel dari Kami yang berjudul Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf khusus buat Sahabat netter seluruh dunia, Salam jumpa semoga anda semua dalam keadaan sehat dan selamat datang di blog saya anda ingin mengetahui Informasi dan berita serta tulisan artikel tentang Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf, dari "Java's Group". Mungkin artikel ini bisa menambah pengetahuan anda, kami mengambil bahan kajian dari berbagai sumber dan litelatur , buku-buku, berita,Informasi,tulisan dan pengalaman kami yang berhubungan dengan Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf serta inspirasi dari kami sendiri.
World Federation of Neurosurgical Societies menunjuk Indonesia, dalam hal ini Rumah Sakit Siloam, sebagai salah satu pusat pendidikan dan pelatihan bagi dokter spesialis bedah saraf di dunia.
Hal ini disampaikan Eka Julianta Wahjoepramono, anggota Komite Edukasi dan Pelatihan World Federation of Neurosurgical Societies (WFNS), Jumat (25/1), di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang. WFNS merupakan induk ikatan ahli bedah saraf dari sejumlah negara, termasuk Indonesia.
”Mulai bulan ini ada dokter muda dari Beijing, China, magang di RS Siloam di Karawaci selama tiga bulan,” ujar Eka.
Di Indonesia, menurut Eka, perguruan tinggi yang bisa mendidik dokter spesialis bedah saraf adalah Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Sumatera Utara.
Ia mengatakan, WFNS menunjuk Indonesia sebagai pusat pelatihan dan edukasi bersama beberapa negara lain di Amerika dan Eropa karena memiliki jumlah kasus bedah saraf tinggi dan bervariasi. ”Bukan hanya bedah saraf akibat trauma, melainkan juga stroke, tumor, dan lainnya,” katanya.
Eka yang juga Guru Besar dan Dekan Fakultas Kedokteran UPH mengatakan, di Indonesia ada 240 ahli bedah saraf. Dengan lebih dari 230 juta penduduk Indonesia, hal itu berarti satu dokter spesialis bedah saraf melayani 1 juta orang. Kondisi idealnya, satu dokter bedah saraf melayani 100.000 orang.
Masalah lain, sebagian besar dokter tinggal di Pulau Jawa. Menurut Eka, minat dokter mendalami spesialis bedah saraf sebenarnya tinggi, tetapi penyebarannya terkendala kelengkapan peralatan dan pendapatan. Peralatan standar spesialis bedah saraf perlu sekitar Rp 30 miliar. ”Untuk peralatan dasar pemindaian, seperti CT Scan atau MRI, harganya Rp 3 miliar,” ujarnya. Hal itu sulit didapat di luar Jawa.
Julius July, instruktur pelatihan dokter spesialis bedah saraf di UPH, mengatakan, perlu sejumlah tahapan sebelum dokter spesialis bedah saraf menangani pasien. Tahapan itu mulai dari praktik pada hewan laboratorium sampai mendampingi dokter bedah saraf senior.
World Federation of Neurosurgical Societies menunjuk Indonesia, dalam hal ini Rumah Sakit Siloam, sebagai salah satu pusat pendidikan dan pelatihan bagi dokter spesialis bedah saraf di dunia.
Hal ini disampaikan Eka Julianta Wahjoepramono, anggota Komite Edukasi dan Pelatihan World Federation of Neurosurgical Societies (WFNS), Jumat (25/1), di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang. WFNS merupakan induk ikatan ahli bedah saraf dari sejumlah negara, termasuk Indonesia.
”Mulai bulan ini ada dokter muda dari Beijing, China, magang di RS Siloam di Karawaci selama tiga bulan,” ujar Eka.
Di Indonesia, menurut Eka, perguruan tinggi yang bisa mendidik dokter spesialis bedah saraf adalah Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Sumatera Utara.
Ia mengatakan, WFNS menunjuk Indonesia sebagai pusat pelatihan dan edukasi bersama beberapa negara lain di Amerika dan Eropa karena memiliki jumlah kasus bedah saraf tinggi dan bervariasi. ”Bukan hanya bedah saraf akibat trauma, melainkan juga stroke, tumor, dan lainnya,” katanya.
Eka yang juga Guru Besar dan Dekan Fakultas Kedokteran UPH mengatakan, di Indonesia ada 240 ahli bedah saraf. Dengan lebih dari 230 juta penduduk Indonesia, hal itu berarti satu dokter spesialis bedah saraf melayani 1 juta orang. Kondisi idealnya, satu dokter bedah saraf melayani 100.000 orang.
Masalah lain, sebagian besar dokter tinggal di Pulau Jawa. Menurut Eka, minat dokter mendalami spesialis bedah saraf sebenarnya tinggi, tetapi penyebarannya terkendala kelengkapan peralatan dan pendapatan. Peralatan standar spesialis bedah saraf perlu sekitar Rp 30 miliar. ”Untuk peralatan dasar pemindaian, seperti CT Scan atau MRI, harganya Rp 3 miliar,” ujarnya. Hal itu sulit didapat di luar Jawa.
Julius July, instruktur pelatihan dokter spesialis bedah saraf di UPH, mengatakan, perlu sejumlah tahapan sebelum dokter spesialis bedah saraf menangani pasien. Tahapan itu mulai dari praktik pada hewan laboratorium sampai mendampingi dokter bedah saraf senior.
Semoga tulisan atau artikel Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf yang dibuat Kami,bermanfaat bagi anda semua,jangan kapok untuk membaca artikel selanjutnya, maaf apabila artikel Indonesia Jadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Saraf banyak kekurang dan kesalahan baik Kata dalam tulisan maupun bahasan artikel ,maklum dalam tahap belajar , salam sukses , dan terima kasih dari Java's Group dan Team blog Hari Yang Cerah
No comments:
Post a Comment